“Aku belajar diam dari yang cerewet,
toleransi dari yang tidak toleran dan
kebaikan dari yang jahat.
Namun anehnya aku tidak pernah merasa berterimakasih kepada guru-guruku itu”…(Kahlil Gibran)
Inilah hakikat kehidupan, manusia hidup selalu dipenuhi dengan masalah-masalah yang selalu ada setiap harinya. Sejak lahir, manusia ditakdirkan dengan akal pikiran di dalam tubuhnya. Satu kesatuan yang membuat mereka beda dari ciptaan lainnya. Tumbuh dan berkembang, dan akhirnya musnah tertelan zaman. Ya, itulah siklus kehidupan.
Sedari kita dilahirkan hingga sekarang, berapa masalah yang sudah anda temui? Dan berapa masalah pula yang berhasil anda pecahkan? Masalah asmara, keuangan, pendidikan, keluarga dan masih banyak lagi. Semua itu akan selalu mengikuti kita dalam kehidupan ini. Dalam hal ini, Akal menjadi tolok ukur tingkat derajat manusia. Manusia yang menggunakan akalnya dengan baik, tentunya akan lebih bijaksana dalam menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya.
Orang berkeyakinan bahwa setiap masalah ada jalan keluarnya. Semua orang pasti tau akan hal itu, tapi apakah mereka tau bahwa tingkat masalah itu berbeda-beda dan tak bisa diselesaikan dengan cara yang sama? Albert Einstein menulis “ Masalah penting yang kita hadapi tidak dapat kita pecahkan dengan tingkat berfikir yang sama seperti ketika kita memecahkan masalah tersebut”..
Dari kata-kata di atas dapat kita tangkap kesimpulan bahwa daya berfikir yang tinggi sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu masalah dalam kehidupan kita. Contohnya adalah semasa kita kita duduk dalam bangku SD, cara berfikir kita masih dalam tingkat anak-anak, sehingga jika kita diminta untuk memecahkan masalah yang tingkat SMP. 1 x 3 akan tampak mudah bagi anak SMA tapi tidak akan terasa sulit bagi anak SD. Begitulah seterusnya. Untuk menyelesaikan masalah, kita harus menmperkaya diri dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan. Agar nantinya jika kita mengalami suatu masalah, kita bisa mengurangi keluhan, menyalahkan orang lain, dan terkadang sampai menghindari masalah tersebut. Dengan adanya pembekalan diri, kita bisa keluar dari jeruji pikiran yang tak seharusnya. Kita bisa bisa belajar untuk meningkatkan level pemikiran kita sehingga masalah tersebut buka menjadi beban untuk kita melainkan sebagai tantangan untuk kita bisa bangkit.
Kita tak memiliki apapun
Kita hidup di dunia, akan erat kaitannya dengan harta, anak istri dan lain sebagainya. Akan tetapi, pernahkah kita sadar bahwa semua itu adalah nikmat Tuhan yang harus kita syukuri? Kata syukur memnag sangat mudah untuk diucapkan, akan tetapi untuk menerapkannya kedalam kehidupan sehari sangatlah susah. Syukur tidak hanya pada saat kita dalam keadaan bahagia, tetapi juga pada saat sulit. Realita yang ada, kebanyakan dari kita akan mengingat Tuhan pada saat susah, akan tetapi pada saat kita mendapatkan nikmat, kita terbiasa lupa. Seakan Tuhan hanya ada pada diri kita saat kita membutuhkannya, jika kita tak membutuhkannya maka kita tak akan mengingat-Nya.
Suatu saat,, saat Tuhan mengambil semuanya dari kita, lantas apa yang kita banggakan dari kehidupan kita? Kita tak punya apa-apa, dan Ikhlas adalah salah satu kuncinya. Akan tetapi, mencoba untuk ikhlas tidak lah mudah, dan penulis sendiri pun mengalami hal yang sama. Kita masih belum sadar bahwa semua yang ada di dunia ini bukalah milik kita. Semua hanyalah titipan Tuhan. Anak, istri, harta dan lain sebagainya adalah titipan Tuhan. Akan tetapi banyak dari kita yang mencintai hal tersebut hingga berlebih samapi pada suatu saat ia diterpa masalah dan memaksa semua yang ia miliki hilang. Akhirnya ia rapuh bagaikan pohon yang tidak kuat akarnya ketika diterpa badai. Bagi mereka yang tidak memiliki sebuah pegangan yang kuat, akan dengan mudah tumbang.
Untuk itu, kesadaran bahwa kita tidak mempunyai apa-apa, harus kita tanamkan sedari sekarang. Agar nantinya kita tidak kaget jika pada saatnya nanti Tuhan mengambil semuanya dari kita.
Bekali Diri dengan Ilmu
“Orang yang berhenti belajar adalah pemilik masa lalu, sedangkan orang yang terus belajar adalah pemilik masa depan”… (Mario Teguh). Pembekalan diri sangatlah penting, karena degan bekal yang sukup kita akan merasa ringan jika menghadapi masalah. jika masalah datang, kita sudah siap dengan berbagai jurus ampuh yang kita pelajari,dan tentunya kita tidak akan kebingungan.
Banyak masalah yang diselesaikan lewat pengadilan, tapi apakah penyelesaian lewat pengadilan adalah sebuah keputusan yang bagus? Untuk menyewa seorang pengacara kita butuh dana untuk membiayainya. Dan ketika masalah itu selesai, biasanya diantara salah satu pihak ada yang sakit hati dan tidak terima. Dan akhirnya mengajukan “Banding”, dan begitu seterusnya.
Hal ini tentunya tidak akan terjadi jika mempunyai pembekalan diri yang matang. Semakin tinggi wawasan orang, maka semakin bijakalah ia dalam menghadapi sesuatu. Dan dalam kejadian di atas, tentunya tidak akan sampai pada pengadilan jika kedua belah pihak dibekali dengan pembekalan diri yang matang. Untuk itulah kita hidup, dan cobalah, menjadikanlah setiap saat adalah waktu untuk belajar.
Hindari sudut pandang aku
Orang yang bijak, akan menghindari sudut pandang “aku” dalam setiap masalah. Yang dimaksud sudut pandang “aku” adalah melihat segala sesuatu melihat hanya dengan penilaiannya sendiri. Dan hal inilah yang perlu dihindari,karena kapasitas setiap orang tidaklah sama dan tak pernah sama. Untuk itu, mengenali obyek lebih mendalam sangat dibutuhkan. Dan komunikasi menjadi kuncinya.
Komunikasi yang baik adalah menjadi pendengar yang baik. Dan posisikan diri anda sebagai sahabat. Karena sahabat yang baik adalah “ yang mampu mendengar lagu di dalam hati kita, dan mampu menyayikan bait-baitnya dikala kita lupa”. Untuk itu, memosisikan sebagai seorang sahabat adalah sangat penting saat masalah itu datang.
Sediakan Wadah untuk Meluapkan Isi Hati
Kita hidup di dunia tak akan lepas dari bantuan orang lain. Baik itu berupa materiil maupun moril. Hal itu sangat penting bagi kita saat kita mengalami masalah. Wadah, bukan terpaku pada tempat, tapi juga sebagai saluran untuk menyampaikan unek-unek. Baik berupa media maupun sosok seseorang yang mampu mendengarkan unek-unek kita.
Jika kita mendapat masalah, Ada beberapa cara untuk mengurangi beban, yaitu:
Hal yang pertama bisa dilakukan adalah, berbagi. Ya, dengan berbagi beban terasa lebih ringan, karena kita sudah mengeluarkan apa yang menjadi unek-unek kita di dalam hati. Dan meskipun tidak mendapatkan solusi, tapi setidaknya beban terasa lebih ringan. Kedua, Lakukanlah pelukan. Pelukan akan mengurangi beban anda. Baik pelukan dengan orang tua, saudara, maupun orang yang anda sayangi. Yang ketiga adalah menangis. Menangis tidaklah selalu identik dengan kesedihan, tapi juga dengan kebahagiaan. Jadi jika ada anggapan bahwa menangis hanyalah hak cewek, maka hal itu sangat keliru. Menangis adalah hak semua orang yang hidup di dunia, dan dengan menangis kita bisa mengurangi beban kita.(rei)
sumber:jadiberita
No comments:
Post a Comment